Jumat, 18 Februari 2011

STRUKTUR TRADISIONAL SASAK(LUMBUNG)


Bagian Struktur Lumbung
            Struktur konstruksi lumbung terdiri dari struktur atas dan struktur bawah
1. Struktur atas
            Struktur bangunan atas terdiri dari sistem atap yang memiliki ciri dan bentuk yang berbeda yaitu bentuk atap prisma, segitiga, dan bentuk lumbung, akan tetapi pada dasarnya fungsi konstruksi atap ini sama yaitu sebagai pelindung bangunan.
            Jenis selubung penutup atap struktur konstruksi lumbung terbuat dari alang yang melambangkan prinsip dasar ekonomi masyarakat lombok berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi. Alang diberbagai tempat berbeda-beda hal ini dikaitkan dengan hasil perekonomian individu masyarakat Lombok, dimana busur alang dikaitkan dengan areal lahan pertanian yang dimilikinya dan dalam bentuk ukuran ini, alas alang disesuaikan dengan telapak kaki istri pemiliknya, perempuanlah yang punya wewenang penuh untuk mengeluarkan seberapa besar kebutuhan keluarga sehari-hari (Sarjana, 2004).
            Struktur bangunan lumbung dibagi menjadi dua bagian yaitu struktur bangunan atas dan struktur bangunan bawah. Kedua bagian struktur bangunan ini sangat berkaitan erat, dimana desain struktur bangunan atas lumbung didasarkan atas ukuran/dimensi struktur bangunan bawah dengan perbandingan proporsi ukuran adalah satu banding dua. Masyarakat sasak umumnya membuat ukuran struktur bangunan atas harus disesuaikan dengan ukuran tinggi struktur bangunan di bawahnya. Standar satuan tradisional yang dipakai pada waktu itu dalam merencanakan tinggi struktur bangunan bawahnya adalah ukuran tinggi pemilik rumah ditambah satu jengkal diatas kepala pemilik lumbung.
            Adapun bagian atas struktur Lumbung diantaranya :
a. Kuda-Kuda
            Bentuk kuda-kuda yang dimaksud adalah bentuk struktur atap dari ketiga jenis konstruksi yaitu kuda-kuda lumbung dengan pola menyerupai struktur cell, kuda-kuda prisma dan kuda-kuda segitiga. Perbedaan jenis atap yang dipakai dikaitkan dengan kemampuan ekonomi individu. Untuk Lumbung prisma biasanya digunakan oleh masyarakat yang kaya pada waktu itu, sementara jenis lumbung dan jenis atap segitiga dipakai oleh golongan ekonomi masyarakat menengah/kecil (Apandi, 2009).

b. Gelampar
            Letak gelampar pada struktur Lumbung berada di atas karang ulu. Posisinya diletakkan arah memanjang struktur lumbung. Aturan dalam membuat ukuran Lumbung adalah dua depa atau ukuran dua kali rentangan tangan pemiliknya.
            Adapun fungsi gelampar adalah sebagai berikut :
-    Tempat diletakkannya hasil sawah
-    Tempat bertumpunya tonjeng

c. Sentik
            Lebar sentik sama dengan setengah tinggi tiang atau setengah sepengosap pemiliknya. Untuk sentik depan dan belakang lebih pendek jika dibandingkan dengan sentik kiri kanannya.

d. Tonjeng
            Tonjeng yang didirikan di atas gelampar atau sisi muka dan belakang di atas tonjeng diletakkan bubungan yang berfungsi dalam mempertemukan kedua sisi kubah.

e. Waras
            Waras terbuat dari bambu yang terpecah empat, dilengkungkan dari bubungan melalui gelampar atas menuju gelampar bawah.

2. Struktur Bawah
            Struktur arsitektur Lumbung memiliki pinggang berbentuk bahan kerangka yang lentur dilengkungkan dari gelampar atas ke gelampar bawah. Pada keempat sisi gelampar bawah berisikan atap tambahan yang disebut ”sentik” karena pengaruh bahan dapat berbentuk kubah yang tidak berpinggang disebut ”barembaong”.
            Adapaun bagian dari struktur bawah konstruksi lumbung terdiri dari cendi (batu tumpuan), empat tiang/teken (nyake, guru, pendite dan kire-kire) dan kepala kolom(jelepeng), karang ulu, perteng (jait atas), dan elok (jait bawah).
a. Cendi/sempak
            Cendi atau sempak adalah tempat diletakkannya empat tiang/teken di atas pondasi bangunan. Ukuran dan betuk cendi sangat bervariasi dantaranya bentuk segi empat dan trapesium. Masyarakat dulu menggunakan cendi sebagai ciri khas perletakan bangunan tradisional.
            Adapun fungsi cendi adalah :
-    Tempat diletakkannya empat tiang/teken
-    Sebagai tumpuan bangunan Lumbung
-    Sebagai transfer beban bangunan Lumbung ke tanah.

b. Tiang/teken
            Empat buah tiang pada struktur Lumbung melambangkan kekuatan yang mendukung masyarakat. Arti keempat tiang itu adalah nyake = perintah, guru = cendikiawan, pendeta = pemimpin agama, dan kire-kire = rakyat. Tiang-tiang ini merupakan bagian bawah dari bangunan lumbung dan dirancang harus mulai dari kanan (Rawiana, 2008). Keempat tiang pendukung tersebut juga mempunyai pengertian, kebenaran yang harus diutamakan, kepercayaan diri dalam memegang amanah dalam menyampaikan sesuatu hendaknya berlaku jujur dan polos. Dan sebagai orang yang beriman hendaknya pandai/cerdas dalam menyikapi masalah.
            Adapun fungsi dari keempat tiang tersebut adalah :
-    Pendistribusi beban dari atap ke permukaan tanah melalui cendi
-    Sebagai tempat diletakkannya karang ulu
-    Letak kekuatan sttruktur Lumbung

c. Jelepeng
            Jelepeng adalah bagian struktur lumbung yang berfungsi sebagai pengaku sambungan. Dalam filosofinya mencegah tikus yang masuk ke struktur atas yang penuh dengan hasil sawah.                    

d. Karang Ulu
            Karang ulu atau balok induk diletakkan di atas tiang ke arah memendek struktur Lumbung, posisi karang ulu selalu pada arah memendek menghadap utara selatan. Panjang karang ulu adalah ukuran dua depa/ukuran terlentang pemiliknya.
            Adapun kegunaan dari karang ulu adalah :
         - Tempat meletakkan alas kerangka yang disebut dengan gelampar bawah
         - Titik hubung antara struktur bangunan atas dengan teken/tiang
         - Penyeimbang struktur pada arah memendek

e. Jait
            Jait adalah pengaku pada struktur konstruksi Lumbung. Jait ini dibedakan menjadi dua macam yaitu elok dan perteng. Kedua jait ini dibentuk untuk keseimbangan struktur, dimana posisi keduanya langsung menjadi pengikat antar tiang baik antar memanjang elok dan arah memendek perteng. Dimensi elok dan perteng pada hasil pendataan berukuran 4/10. Ukuran pembuatan elok dan perteng disesuaikan dengan ketentuan adat kebiasaan orang sasak.
            Dasar ukuran elok dan perteng dalam struktur lumbung adalah :
1). Ukuran elok
            Ukuran untuk elok tersebut diatur dengan ketentuan ukuran sepengosap atau tidurnya pemilik lumbung pada ukuran memanjang struktur lumbung. Ukuran sepengosap itu adalah sama dengan ukuran tinggi pemilik Lumbung. Selain itu ukuran tersebut ditentukan dengan banyaknya tamu yang besile/duduk sehari. Kebiasaan orang sasak adalah memiliki tamu maksimal yang datang berkunjung adalah tiga orang dengan rata-rata ukuran besile sekitar menjadi tolak ukuran panjang elok untuk as-as tiang. Sehingga ukuran panjang lumbung diatur berdasarkan ukuran besile masyarakat sasak dikalikan tiga orang yang bertamu.
            Ukuran tinggi elok pada sambungan tiang diukur dari permukaan tanah ke sambungan perteng dengan sepenyengkeng (jongkok) orang duduk. Dalam adat sasak posisi duduk orang yang datang bertamu tidak boleh lebih rendah dari duduknya pemilik lumbung sehngga jarak pandang yang duduk diatas lantai lumbung dengan orang yang datang dalam posisi jongkok hampir sejajar.
            Adapun fungsinya sebagai berikut :
         - Titik hubung antara tiang struktur
         - Pengaku struktur arah memanjang
         - Tempat diletakkannya elansor/lasah struktural

2). Ukuran Perteng
            Perteng adalah ukuran memendek dari struktur lumbung. Pemasangan perteng adalah satu lampak nine diukur dari tepi bawah sambungan elok. Ukuran lebar perteng pada struktur lumbung diatur dengan ukuran nyelepok istri/sedepa ukuran tangan pemilik lumbung.
            Adapun fungsinya sebagai berikut :
         - Titik hubung antara tiang struktur
         - Pengaku struktur arah memendek
         - Tempat diletakkannya papan-papan struktur lumbung

2 komentar:

  1. penjelasanya sangat menarik sayangnya tidak terdapat gambar untukmenjelaskan lebih jelas dan detil, terimakasih!

    BalasHapus